Kamis, 03 Juli 2008

ANTARA PERTAHANAN NEGARA DAN HARGA DIRI BANGSA

Kejadian yang menimpa kapal nelayan NTT beberapa waktu yang lalu di laut perbatasan Indonesia-Australia dan ditemukannya heliped di dekat perbatasan Indonesia-Malaysia dalam waktu yang bersamaan merupakan satu lagi rangkaian kejadian yang bisa dikatakan menampar muka kita. Beberapa kapal nelayan yang dianggap telah memasuki perbatasan wilayah Australia dibakar dan ditembaki oleh angkatan laut Australia. Hasil rekaman video yang disiarkan beberapa stasiun TV nasional menegaskan kejadian tersebut, sekaligus membenarkan adanya berita-berita yang tersebar sebelumnya bahwa kapal-kapal nelayan kita yang tertangkap tentara Australia dibakar dan ditenggelamkan. Kejadian tersebut justru hampir bersamaan dengan kedatangan PM Asutralia ke Indonesia, yang bermaksud memperbaiki hubungan bilateral kedua negara.
Mengomentari pembakaran kapal nelayan tersebut, dalam tayangan salah satu TV swasta nasional yang mewawancari warga nelayan di Kupang, mereka menjelaskan bahwa kejadian pembakaran oleh tentara Australia tersebut tidak mungkin akan terjadi jika AL kita secara rutin melakukan patroli di perbatasan dengan Australia. Menurut mereka pada waktu-waktu sebelumnya tentara Australia tidak berani melakukan tindakan semacam itu ketika AL kita masih aktif berpatroli di sekitar perbatasan.

Sedangkan pembangunan heliped oleh pihak Malaysia di dekat perbatasan Indonesia-Malaysia di pedalaman Pulau Kalimantan menurut banyak pihak melanggar kesepakatan kedua negara yang sudah dibuat sejak tahun 1967 dan 1971. Disebutkan dalam perjanjian tersebut bahwa dalam radius 2 kilometer kedua negara tidak mendirikan prasarana semacam heliped itu. Menurut staf Menkopolhukam bahwa pembangunan heliped yang berjarak hanya beberapa meter dari perbatasan Indonesia itu tanpa sepengetahuan Indonesia. Artinya pemerintah Malaysia sama sekali tidak memberitahukan kepada pemerintah Indonesia. Karena itu, pemerintah akan segera melakukan konfirmasi tentang masalah ini. Pernyataan yang berbeda justru disampaikan oleh Dubes Indonesia untuk Malaysia Dai Bachtiar. Menurut pak Dubes yang juga dilansir TV swasta menyatakan bahwa pembangunan heliped tersebut sudah diketahui oleh Indonesia dan digunakan untuk kegiatan keamanan perbatasan kedua belah pihak menyangkut perbatasan dan illegal logging. Selanjutnya menurut banyak pihak justru pembangunan heliped itu untuk memperlancar bisnis illegal logging yang dilakukan oleh orang-orang Malaysia.

Menyangkut kondisi pertahanan negara kita terutama di kawasan dan lintasan perbatasan berangkat dari 2 kasus di atas sungguh menarik untuk dikaji. Betapa kebijakan kebakaran jenggot pemerintah beberapa tahun terakhir untuk memberikan prioritas yang lebih pada program pembangunan pulau-pulau terluar dan perbatasan ternyata tidak berpengaruh serta memberi dampak sama sekali bagi perubahan sikap negara-negara tetangga terhadap Indonesia. Sungguh harga diri bangsa ini sudah demikian tak berarti dalam hubungan internasional utamanya posisi negeri kita di hadapan negara-negara serumpun dan kawasan.

Nampaknya persoalan profesionalitas aparat kita masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup besar dan belum terselesaikan hingga kini. Reformasi birokrasi sipil, polisi dan militer belum beranjak dari kondisi sebelumnya sehingga belum menampakkan hasil yang memuaskan. Profesionalitas tentu akan berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap aparat dan kinerja pemerintah secara keseluruhan. Profesionalitas semestinya menjamin tidak ada lagi illegal logging yang menghancurkan hutan-hutan kita di pedalaman Kalimantan. Profesionalitas juga menjamin tidak ada lagi cukong-cukong Malaysia yang dengan enaknya bebas bermain mengendalikan penebangan hutan-hutan kita. Rendahnya profesionalitas aparat kita menjadikan negeri ini tidak ada artinya, dan akibatnya di mata asing seluruh penduduk warga bangsa ini menjadi rendah harganya.

Profesionalitas juga menjadikan warga merasa aman untuk mencari nafkah dan penghidupan di negeri sendiri. Penduduk negeri ini merasa aman dan bebas berkreativitas mengembangkan potensi serta kemampuan mereka. Warga bangsa merasa aman terlindungi untuk mengeksploitasi laut sekalipun itu dekat dengan perbatasan negara lain.

Di sisi yang lain terlalu lama kita asyik mempriotaskan persoalan dalam negeri, karena ekonomi dan politik tapi masih tidak mampu meliputi aspek luar negeri dalam lingkup pertahanan negara. Karena faktor eksternal lemahnya diplomasi kita, asing tidak mempunyai alasan untuk takut dan sedikit mau menghargai kita. Ada keterkaitan yang kuat antara pertahanan negara dengan harga diri bangsa. Bahwa pertahanan negara yang kuat jelas akan menambah rasa percaya diri kita sebagai bangsa. Pertahanan negara yang kuat akan disegani oleh bangsa lain apalagi tetangga kita. Sehingga harga diri bangsa ini masih ada.

Persoalannya pertahanan negara kita bermasalah, diplomasi kita bermasalah. Boleh saja kita suka dipuji-puji negara lain akan prestasi demokrasi kita di dalam negeri, tapi proses itu harus dapat dibarengi oleh kesadaran untuk menjadikan negara kita yang kuat dan disegani oleh negara lain.